Thursday, December 18, 2008

BUNUH DIRI: Jalan Pintas Tuntaskan Masalah

Nulis judulnya saja membuatku begidik. Bunuh diri, belakangan kata itu sering menjadi headline di situs-situs berita yang sering ku baca. Karena sering terjadi kasus ini bikin aku bertanya 'kenapa sih harus bunuh diri segala?' yang aku pikirkan, apa pelaku tidak pernah membayangkan rasa sakitnya? Belum lagi akibat dari jalan bunuh diri yang membuatnya masih hidup tapi menderita, pasti sakit sekali kan? Lantas, aku juga bertanya apa mereka tidak takut dosa? Pertanyaan-pertanyaan itu membuat aku penasaran untuk mengetahui motif pelaku bunuh diri.

Seperti yang aku baca di detik.com, dalam dua minggu ini terjadi kasus bunuh diri dua orang mahasiswa dengan cara melompat dari gedung. Mahasiswa YAI, 25 tahun melompat dari lantai 6 Universitas Atmajaya dan langsung tewas di tempat. Setelah diselidiki ternyata ia adalah mahasiswa yang belum juga lulus. Lalu, mahasiswi UI, 22 tahun juga melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari lantai 7 PGC gedung pusat perbelanjaan, dia masih hidup saat melakukan aksi tsb karena tersangkut di atap plafon lantai 1. Namun, akhirnya meninggal juga karena terlalu banyak luka parah sehingga sulit diselamatkan. Setelah diselidiki, ternyata motifnya hanya karena nilainya anjlok!. Lain lagi kasus bunuh diri seorang polisi di Jawa Tengah. Ia menembakkan peluru ke pelipis kanannya, setelah salah mengacungkan tembakan peringatan saat melerai kerusuhan dalam satu pesta dangdut dan peluru tsb nyasar ke salah satu penonton hingga penonton tsb tewas di tempat. Polisi ini melakukan aksi bunuh diri sesaat setelah ditangkap oleh aparat berwajib. Kasus ini belum diketahui motifnya.

Dari uraian kasus di atas, yang membuatku penasaran, kenapa mereka sampe nekat melakukan aksi menghilangkan nyawa sendiri?
Menurut yang aku baca di news.okezone.com, mahasiswa YAI ini mempunyai keluarga yang keras dalam mendidik sehingga ia merasa tertekan begitu disinggung segera menyelesaikan kuliahnya yang tak juga selesai. Mungkin ia tertekan, tidak ada tempat pelampiasan masalah, tidak ada teman yang dapat diajak bicara, termasuk mungkin terhadap keluarganya pun tertutup sehingga setiap masalah dipendam sendiri. Begitupun mahasiswi UI, yang katanya tertekan karena nilainya anjlok, tidak terbuka kepada keluarganya, meskipun ia termasuk periang di kampusnya tapi mungkin ia termasuk introvert juga pada teman-temannya jika ada masalah, bingung karena tidak ada tempat penyaluran masalah sehingga memilih jalan bunuh diri guna menuntaskan.

Opini aku barusan hanya sekedar opini, karena menurut Psikolog Senior Sartono Mukadis, "... Saya tidak bisa menjelaskan kenapa orang bunuh diri, sebab hanya dia sendiri dan Tuhannya yang tahu. ...." (news.okezone.com, 16 des). Bahkan psikolog kenamaan pun tidak tahu motif bunuh diri dilakukan. Karena menurutnya, itu hanyalah si pelaku sendiri yang tahu beserta Tuhannya. Mungkin bisa dikatakan, masalah pribadi yang tak terpecahkan membuatnya tertekan hingga berbuat senekat itu. Jarang kasus bunuh diri karena masalah sosial ekonomi.

Lepas dari motif terkaan tadi, jika ditinjau dari segi agama, si pelaku kurang kuat fondasi agamanya. Setiap agama mengajarkan bahwa bunuh diri ini sangat dilarang dan dosa besar. Tapi mungkin, mereka tidak memikirkan itu yang penting terbebas dari masalah yang menekannya. Menurutku, pelaku bunuh diri adalah orang yang tidak mampu menerima cobaan, dia merasa tidak kuat menanggung masalah atau rasa malu sendirian. Padahal yang kutau, TYME tidak akan membebankan masalah melebihi kemampuan hambaNYA. Karena itu, timbul pertanyaan, apakah kasus bunuh diri ada kaitannya dengan agama? Maksudku dalam hal kadar keimanan. Meskipun Sartono Mukadis mengatakan tidak ada hubungan dengan agama, menurutku bisa jadi karena kurangnya iman seseorang dalam menghadapi masalah sehingga ia lupa bahwa ia bisa mengadu pada SANG KHALIK untuk dapat meringankan bahkan menghilangkan beban di pundaknya, bukannya bunuh diri sebagai jalan pintas penyelesaian masalah. Konsekuensi bunuh diri dalam agama kan sudah jelas termasuk dosa besar. Itu sama artinya jika dilakukan, tunggu hukuman akhirat seberat-beratnya. Wallahu'alam, aku tidak berani lagi untuk menyimpulkan lebih jauh karena keterbatasan ilmuku. Tapi minimal, aku sudah punya gambaran tentang motif bunuh diri. Dan menurutku peran keluarga dalam hal ini orang tua sangat penting untuk selalu memberikan perhatian pada perkembangan anak-anaknya sehingga mereka menjadi pribadi yang terbuka dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

1 comment:

Anonymous said...

hm......been there done that..tapi gak ebrhasil..wakakakakakakak..emang bukan jalan pintas, dan hanya orang pengecut yg memilih jalan itu