Friday, December 19, 2008

MEMAKNAI SHALAT: sebagai Psikologi Transpersonal

Shalat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat adalah proses perjalanan spiritual penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan Semesta Alam. Shalat dapat menjernihkan jiwa dan mengangkat peshalat untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi (altered states of consciousness) dan pengalaman puncak (peak experience).

Shalat memiliki kemampuan untuk mengurangi kecemasan karena mengandung lima unsur di dalamnya, yaitu:
1. Meditasi atau doa yang teratur, minimal lima kali sehari
2. Relaksasi melalui gerakan-gerakan shalat
3. Hetero atau auto sugesti dalam bacaan shalat
4. Group-therapy dalam shalat jama'ah atau bahkan dalam shalat sendirian pun minimal ada aku dan Allah
5. Hydro-therapy dalam mandi junub atau wudhu' sebelum shalat

Dalam shalat, sebagaimana juga pandangan psikologi transpersonal, seseorang akan berusaha untuk menapaki jalan spiritual untuk mempertemukan diri atau aku yang fana dengan kekuatan ilahiah (divine power) atau AKU yang kekal (baqa).

Shalat adalah salah satu cara ibadah yang berkaitan dengan meditasi transendental, yaitu mengarahkan jiwa kepada satu objek dalam waktu beberapa saat, seperti halnya dalam melakukan hubungan langsung antar hamba dengan Tuhannya. Ketika shalat, ruhani bergerak menuju Zat Yang Maha Mutlak. Pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indra melepaskan diri dari segala macam keruwetan peristiwa di sekitarnya, termasuk keterikatannya terhadap sensasi tubuhnya seperti rasa sedih, gelisah, rasa cemas dan lelah. Bentuk perjalanan kejiwaan dalam shalat ini oleh para ahli psikologi disebut sebagai proses untuk memasuki kesadaran psikologi transpersonal.

Kutipan dari buku Pelatihan Shalat Khusyu': shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam karya Abu Sangkan, tahun 2005, hal. 7-8.

No comments: